Situasi Darurat di Aceh Tamiang Akibat Banjir dan Longsor
Aceh Tamiang, salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, mengalami dampak parah dari bencana banjir dan longsor. Bencana yang terjadi sejak akhir November 2025 telah menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat setempat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban jiwa terus meningkat, dengan penambahan 7 jiwa dari sebelumnya 45 menjadi 57 jiwa. Selain itu, terdapat 151 warga yang masih dinyatakan hilang dan lebih dari 3.500 orang terluka.
Kondisi darurat bencana saat ini membuat ribuan warga Aceh Tamiang harus mengungsi. Akses bantuan belum sepenuhnya pulih, sementara pemerintah bersama TNI dan relawan terus berupaya membuka jalur serta memulihkan fasilitas vital. Namun, banyak wilayah masih terisolasi dan sulit dijangkau. Jalan-jalan utama terputus, listrik tidak menyala, dan komunikasi terganggu. Di beberapa daerah, air banjir menjadi satu-satunya sumber air yang tersedia.

Kesulitan Warga dalam Mencari Air Bersih dan Makanan
Banyak warga Aceh Tamiang mengaku kesulitan mendapatkan air bersih dan makanan. Seorang warga mengungkapkan bahwa mereka terpaksa minum air banjir yang dicampur bubuk teh agar tidak bau lumpur. “Air bersih enggak ada, Pak. Bahkan kami minum air banjir itu. Kami rebus, kadang kami campur bubuk teh supaya jangan bau kali lumpurnya,” ujar warga tersebut.
Selain itu, listrik dan jaringan komunikasi selama hampir satu minggu tidak tersedia. Desa-desa di kawasan tersebut gelap total, sehingga aktivitas malam hari sangat terbatas. Harga bensin juga melonjak tajam, dengan harga Rp80–100 ribu per liter. Pasokan dari SPBU pun dibatasi, membuat warga kesulitan untuk memperoleh bahan bakar.
Bantuan dari Relawan dan Konten Kreator
Di tengah situasi mencekam, tim relawan dari berbagai komunitas seperti Ferry Irwandi, KitaBisa, Save The Children, dan organisasi kemanusiaan lainnya berhasil masuk ke wilayah pedalaman untuk menyalurkan bantuan. Mereka memberikan air bersih, makanan siap saji, tenda, matras, obat-obatan, perlengkapan bayi, dan lampu penerangan.
Dalam video yang diposting oleh Ferry Irwandi, relawan sempat menyalakan lampu untuk warga yang sudah satu minggu hidup dalam kegelapan. Teriakan syukur warga pecah saat penerangan pertama kali menyala. Ferry menyebut, donasi masyarakat Indonesia yang dikumpulkan melalui kampanye kemanusiaan mencapai Rp10 miliar dalam 1 hari, yang kemudian digunakan untuk pengadaan air bersih, logistik, dan peralatan penyelamatan lainnya.
Meski beberapa titik sudah mulai dapat diakses, kondisi di wilayah pedalaman Aceh Tamiang disebut masih sangat parah. Banyak desa yang belum tersentuh bantuan besar. Ferry menyebut, situasi belum membaik sama sekali. Orang-orang masih kelaparan dan terisolasi.
Pesan Menohok dari Artis Zaskia Adya Mecca
Artis Zaskia Adya Mecca turut prihatin atas kondisi Aceh Tamiang. Ia memposting di akun media sosial Instagram mengenai situasi terkini di kawasan tersebut. Dalam unggahannya, ia menunjukkan suasana mencekam dan tampak tertunduk lesu seraya menangis melihat kondisi para korban banjir.
Zaskia menyampaikan pesan menohok kepada pelaku yang menggunduli hutan Sumatra. Ia bertanya bagaimana memperbaiki dan menangani bencana yang sangat besar tersebut. Ia mengecam tindakan yang dilakukan, termasuk pembebasan lahan, pembakaran hutan, penebangan pohon, dan tambang-tambang yang dinilai sebagai penyebab utama bencana.
“PUAS KALIAN YANG MENGGUNDULKAN HUTAN ?! Bisa tidur nyenyak? Bisa tenang baik2 saja hatinya? Bahagia dengan harta yang kalian dapatkan dari itu semua?” tulis Zaskia.
Ia juga mengungkapkan perjuangan berat menjadi relawan. Ia mengaku tak mudah menembus kegelapan dan akses yang begitu sulit di Tamiang. Oleh karena itu, Zaskia meminta agar pihak berwenang segera mengambil tindakan tegas dengan mendatangkan alat-alat berat agar akses bisa kembali dibuka. Ia juga meminta agar tindakan itu dilakukan dengan cepat sebelum korban jiwa semakin bertambah.
Harapan Warga pada Pemerintah
Warga Aceh Tamiang berharap pemerintah dapat segera turun dengan sumber daya lebih besar, terutama untuk membuka akses, mengirim dukungan logistik, dan menyediakan air bersih serta listrik. “Yang kami butuh kali air, listrik, dan makanan. Bantuan belum ada apa-apa,” ujar warga.
Hingga kini, sejumlah relawan masih berusaha mencapai titik-titik terdampak yang lebih jauh menggunakan mobil double cabin dan kendaraan off-road lainnya. Mereka terus berjuang untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang masih terisolasi.